Sepintas Gambaran : Peminat Literasi Hari ini
Kecepatan perkembangan teknologi dan informasi hari ini, memberikan opsi bagi setiap generasi milenial, yaitu apakah era ini akan menjadi peluang atau justru tantangan? Salah memanfaatkan akan menjadi tantangan, bahkan malapetaka. Begitupun sebaliknya. Perkembangan zaman terus berjalan, bahkan lebih cepat dari putaran jarum jam.
Berbagai perubahan terjadi pada manusia. Mulai cara belajar, cara bekerja, bahkan cara beribadah sekalipun. Disamping itu, manusia justru menggantungkan harapan sepenuhnya pada kecanggihan teknologi. Teknologi seolah seperti 'narkoba' yang memberi kecanduan bagi penggunanya.
Terbaru, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam surveinya, terdapat 215,63 juta orang pengguna internet pada periode 2022-2023. Jumlah ini meningkat menjadi 2,67%, dibandingkan pada periode sebelumnya hanya terdapat 210,03 juta pengguna (Baca : Rilisan Survei APJII Tahun 2023).
Angka pengguna internet di atas, menunjukan dengan jelas bahwa teknologi telah menjadi suatu kebutuhan pokok yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia dewasa ini. Meski demikian, kecanggihan teknologi hari ini bisa menjadi bahaya bagi generasi milenial. Hal itu bisa ditandai dengan minimnya minat literasi.
Padahal, salah satu jawaban untuk menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat hari ini adalah LITERASI. Namun sayangnya, dengan kemudahan-kemudahan yang didapatkan dari canggihnya teknologi ini membuat dunia literasi seolah tersudutkan. Ingin mendapatkan sesuatu yang serba instan, adalah wajah generasi di hari ini.
Mengutip rilisan media LAMPOS.CO, Tahun 2021 melalui data Asesmen Nasional (AN) menunjukkan Indonesia mengalami darurat literasi. Sebelumnya, data statistik dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), menunjukan minat literasi berada diangka 0,001% (2016). Itu berarti, jika ada seribu orang di Indonesia, hanya ada satu orang yang meminati dunia literasi.
Lantas, Apa Dampak dari Minimnya Peminat Literasi di Era Revolusi Industri?
Indonesia adalah negara yang besar dengan berbagai keberagaman yang dimiliki. Suku, budaya, bahasa, agama, dan keberagaman lainnya, menjadi hal yang sangat penting bagi kita untuk berada dalam posisi dunia literasi. Bagi saya, dunia literasi akan menjadi jembatan bahkan senjata dalam kita menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks ini.
Karena pada dasarnya, memahami situasi bangsa hari ini tidak dapat dilakukan dengan jalan lain, selain membaca dan menulis (literasi). Jika minat terhadap Baca-tulis menjadi redup, bagaimana orang mampu memahami situasi bangsa yang besar ini. Apalagi ditengah maraknya penyebaran berita hoax, orang hampir tidak dapat membedakan mana benar atau salah dari informasi yang diterima.
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Gadja Mada (UGM), Zainuddin Muda Z. Monggilo, dalam sebuah diskusi virtual yang digelar oleh Liputan6.com, dia mengatakan bahwa Dalam lingkungan informasi yang cepat dengan serba gratis di internet dan media sosial, tiap orang bisa menjadi produsen pesan. Akibatnya, banyak warga sulit membedakan informasi yang benar atau salah (Hoax).
Menurut Dosen Ilmu Komunikasi UGM itu, penyebaran berita hoax yang masif akan berujung pada adanya sinisme, ketidakpercayaan, pandangan ekstrem, konspirasi, dan populisme yang akan berkembang. Lantas apa penyebab dari masifnya berita Hoax? Menurut lembaga Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dan APJII, bahwa salah satu faktor masifnya berita Hoax adalah karena kurangnya pemahaman literasi yang cukup.
Lalu apa solusinya? Kesadaran tentang pentingnya dunia literasi adalah suatu hal yang harus diutamakan. Dimulai dari mengoleksi berbagai terbitan-terbitan buku bacaan. Melakukan pendidikan literasi diberbagai tingkat sekolah bahkan perguruan tinggi, untuk menjadikan baca-tulis sebagai aktivitas generasi hari ini. Pun, perlu adanya fasilitas baca-tulis yang cukup untuk mendorong semangat membaca dan menulis para generasi.
Jika ini tidak dilakukan, maka mimpi seluruh rakyat Indonesia hari ini dan yang datang akan tenggelam. Karena hanya dengan literasi, maka kita akan terus melahirkan generasi yang berpengetahuan dan berkarakter baik untuk mencapai masa depan Indonesia. Indonesia yang akan datang, sangat bergantung pada perkembangan literasi di hari ini.
Di akhir catatan ini, saya mengutip apa yang dikatakan oleh Najwa Shihab (Duta Baca Indonesia 2016-2021) bahwa "setiap pembaca pada dasarnya adalah duta bagi kegiatan literasi. Berkampanye atau tidak, aktifitas membaca dengan sendirinya adalah bagian dari jejaring literasi yang mahaluas; jejaring yang dengan itulah dunia di masa depan akan dibentuk. Ya, para pembaca adalah para penganyam masa depan". ("").