![]() |
Foto : Renaldo Garedja |
Oleh : Renaldo Garedja
Malapetaka banjir yang terjadi di desa lingkar tambang di Halmahera Tengah sungguh mengundang pilu dan duka. Bagaimana tidak, beberapa desa di wilayah itu tergenang air banjir bandang. Bahkan, ada yang harus merelakan sejumlah barang berharganya hanyut terbawa air, seperti rumah hingga kendaraan dan lainya. Sungguh sangat memprihatinkan.
Teranyar, kondisi disana sempat dikabarkan mati listrik dan jalur untuk mengevakuasi korban terputus. Alih-alih melakukan aksi gerak cepat, pemerintah setempat dan perusahaan terkait seakan-akan tutup mata atas tragedi yang sedang terjadi. Di tambah lagi, para karyawan tidak diliburkan, harus masuk shift kerja seperti sediakala. Padahal kita harus mengakui, bahwa malapetaka yang terjadi di wilayah Halmahera Tengah adalah akibat dari aktivitas perusahaan pertambangan secara brutal menggunduli hutan-hutan yang ada disana.
Beberapa waktu yang lalu, para penjaga hutan Halmahera, "O'hongana Manyawa" (orang/suku Tobelo dalam) telah mengisyaratkan. Daerah ini ada pemiliknya (Tuanya) dan juga sedang tidak berada pada kondisi yang baik-baik saja. Kehadiran mereka di camp perusahan itu bukan sekedar meminta makan atau pun pakaian, kehadiran mereka adalah tanda bahwa tanah yang sedang di eksploitasi itu sudah rusak. Bagi mereka hutan bukan sekedar tempat tinggal dan tempat mencari makan, tetapi lebih dari itu. Mereka memaknai hutan sebagai orang tua (ayah dan ibu). Kita harus belajar dari mereka yang bersikap sangat sopan terhadap alam, ciptaan sang maha kuasa.
Disisi lain, para pemuka agama, tokoh masyarakat serta tokoh-tokoh lainya mengajak kita berbondong-bondong mengangkat doa agar malapetaka (musibah banjir bandang) cepat berlalu, akan tetapi secara bersamaan aktivitas pertambangan terus berjalan tanpa henti.
Pada posisi ini, kita seakan ingin menggugat kemahakuasaan Sang Pencipta. Tidak ingin terjadi malapetaka, tetapi praktik culas terus di praktekkan adalah pengharapan yang sia-sia. Pertanyaannya adalah siapa yang salah? Tanyakanlah pada rumput yang bergoyang (syair lagu).