Jumat Agung dan Perayaan Paskah di Pulau Morotai

Editor: KritikPost.id

Oleh : Sefnat Tagaku, Anak Pinggiran Indonesia.



Selayang Pandang : Kematian dan Kebangkitan Yesus 

Membaca beberapa berita tentang keberangkatan ratusan Mahasiswa Fakultas Teologi, Universitas Halmahera (Uniera) ke Pulau Morotai, Maluku Utara, dalam rangka penghayatan Kematian dan perayaan Paskah Tahun 2023, menjadi alasan besar catatan ini saya tuliskan sebagai bagian dari refleksi iman terhadap peristiwa besar yang dilakukan oleh Yesus. 

Paling tidak, semangat membara dari para mahasiswa Teologi, Uniera, untuk menghayati Kematian Yesus dan merayakan KebangkitanNya di Pulau Morotai itu, telah memperlihatkan bahkan mengajarkan bahwa mestinya kita memahami secara penuh kalau kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Yesus adalah spirit bagi orang Kristen.

'Spirit berbenah untuk hidup yang lebih baik, meski kesengsaraan dan penderitaan menjadi jalan yang ditempuh (Via Dolorosa)'. Begitu bunyi narasi-narasi Kristen yang kerap kita bacakan dalam berbagai halaman-halaman buku renungan, bahkan pada beberapa konten di akun media sosial, seperti; YouTube, Tiktok, WhatsApp, Instagram, Twitter dan lain-lain.

Bagi orang Kristen, peristiwa Kematian dan Kebangkitan merupakan sebuah proses penghayatan perjuangan Yesus hingga kemenanganNya dalam mengalahkan maut karena dosa-dosa manusia. Meski Dia melalui jalan penderitaan dan kematian, Yesus tetap memenuhi panggilan dari BapakNya, bahwa Ia harus menderita, mati, namun bangkit pada hari ketiga (puncak kemenangan).

'Kemenangan' yang dimaksudkan itu adalah sebuah pembaharuan hidup bagi manusia yang percaya kepada Yesus Kristus Sang Penyelemat. AjaranNya menjadi jalan manusia menuju ke Rumah BapakNya (Injil Yohanes). Maka, menghayati Kematian dan kebangkitanNya (PASKAH) tidak sekedar sebuah perayaan, tapi merupakan tanggung jawab yang harus ditunaikan.

Karena itu tentang peristiwa kematian dan kebangkitan tidak bisa kita lepas-pisahkan dari berbagai pengajaran-pengajaran Yesus semasa hidup (baca : Kita Injil Dalam Alkitab). Mengapa? Pengajaran itu yang menghantar kita dalam sebuah pembaharuan diri, sehingga dalam menghayati dan merayakannya (kematian dan kebangkitan), kita tidak hanya memberitakan tentang Yesus yang mati atau memberitahukan kepada banyak orang kalau Dia telah bangkit (secara fisik).

Tetapi lebih dari itu, tugas kita adalah bagaimana menghidupkan-Nya dalam imajinasi kehidupan kekinian. Yesus harus terus hadir dalam kehidupan hari ini dan selamanya, melalui perbuatan kita yang berdasar pada ajaranNya. Karena hanya dengan begitu, Yesus yang kita sembah akan terus hidup ditengah-tengah kehidupan (meski telah mati secara fisik). Saya menyebut ini, sebagai konsep 'Kehidupan' setelah 'Kematian'. Kira-kira demikian saya mengartikan makna kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Tahun 2023 : Teologi, Uniera, Pilih 'Morotai' Menjadi Tempat Penghayatan Jumat Agung dan PASKAH

Pulau Morotai, adalah salah satu daerah Provinsi Maluku Utara (Malut) yang terbentang di luas laut samudera Pasifik. Daerah ini tersimpan ribuan catatan peninggalan bangsa asing sebelum kemerdekaan Indonesia. Selain itu, disana (Morotai) terletak seantero Sumber Daya Alam (SDA) dibidang Wisata dan Perikanan. Keindahan alam dan potensi Perikanannya tidak lagi diragukan. Itulah Morotai.

Dalam catatannya, Pulau Morotai baru saja dimekarkan menjadi Kabupaten oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, pada 29 Oktober 2008, yang sebelumnya Morotai merupakan wilayah Halmahera Utara. Luas wilayah daerah ini sebesar 2.337,15 km², dengan jumlah penduduk 74.565 jiwa (2020) dan kepadatan penduduk 31,90 jiwa. (Data statistik Pemda Morotai).

Meski daerah ini dikayakan dengan potensi wisata dan perikanan, namun masih jarang terdengar akan luapan potensi Sumber Daya Manusianya (SDM). Padahal Morotai telah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri, ekspor, logistik serta pariwisata infrastruktur. 

Namun pembangunan infrastruktur pun kurang memadai. Salah satunya kurangnya infrastruktur akses internet, sehingga sebagian titik di Morotai justru masih kesulitan mengaksesnya. Pun, potensi yang ada di Morotai harus disentuh dengan 'Cinta' dan 'Kasih'. Apalagi, letak Morotai berada di gerbang Pasifik. 

Bersamaan dengan kondisi Pulau Morotai tersebut, Tahun 2023 ini menjadi pilihan mahasiswa Fakultas Teologi, Universitas Halmahera untuk berkunjung kesana. Selain melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), juga Morotai menjadi tempat penghayatan Kematian Yesus dan perayaan PASKAH KRISTUS oleh Fakultas Teologi, Uniera.

Tentu ada harap dan asa, bahwa semoga kehadiran Mahasiswa Teologi disana dapat memberikan dampak besar bagi Pulau Morotai. Mulai dari Pendidikan, pemanfaatan potensi Wisata dan Perikanan, serta infrastruktur lainnya, termaksud akses jaringan. Ini yang akan disentuh Mahasiswa, melalui Tema yang disuguhkan pada agenda seminar terbuka, yakni : "Menyiapkan SDM Kabupaten Pulau Morotai Di Era 5.0”.

Mendorong potensi SDM dan mendiskusikan terkait pemanfaatan ketersediaan Sumberdaya Daya Alam di Morotai, adalah bentuk dari mengimplementasikan makna PASKAH yang sebenarnya. Sebab itu tindakan menghidupkan. Sebagaimana Yesus melalui jalan penderitaan dan kematian untuk bangkit di hari ketiga (hidup), begitu pula yang diupayakan Mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Halmahera di Morotai.

Semoga Cinta dan Kasih yang ditaburkan Yesus, dapat ditabur kembali oleh Mahasiswa Teologi untuk melahirkan energi baru bagi Pulau Morotai. Biarlah makna Kematian dan Kebangkitan Yesus mengalir di lautan bibir pantai Pasifik, untuk kemuliaan nama Tuhan yang hidup dan akan terus menghidupkan. 

Akhirnya, dengan kerendahan dan berdiri dari pinggiran Indonesia, saya mengucapkan Selamat menghayati Jumat Agung dan sonsonglah Paskah Kristus Tahun 2023 dengan kesukariaan. Allah Pencipta terus memelihara kita sekalian. ("").

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Copyright © 2021 KritikPost.id | Powered By PT. CORONGTIMUR MEDIA GRUP - All Right Reserved.