Politik Identitas: Alternatif Mendapatkan Keadilan?

Editor: KritikPost.id

Oleh : Afroliks Falajawa, S.Th


Ketika anda bangun pagi, dan memikirkan apa yang dapat anda kerjakan hari ini, itu politik. Ketika anda berpikir besok anda harus makan apa, itu juga politik. Karena memang semua aktivitas yang direncanakan itu dapat dikategorikan sebagai 'politik'.

Politik berarti perencanaan atau merencanakan, tetapi ada tapinya, politik bukan untuk merencanakan kejahatan. Politik bukan strategi untuk mendapatkan kekuasaan. Politik adalah upaya mewujudkan keadilan. Itu artinya berpolitik berarti menjadi aktor keadilan. seperti yang diungkapkan founding Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Johanes Laimena, bahwa politik adalah etika untuk melayani.

Ketika seseorang mengatakan ia punya identitas, itu berarti ia mengimajinasikan dirinya secara subjektif, sehingga ia merasa dirinya memiliki ciri, sifat atau karakter. Dalam konteks sosial, identitas sosial tercipta itu berkaitan dengan imajinasi kolektif sehingga membentuk identitas kelompok atau masyarakat.

Dari pengertian itu muncul konsep identitas sosial sebagai pemaknaan akan kesamaan sifat, ciri atau karakter terhadap suatu kelompok tertentu dalam masyarakat yang didasarkan atas pemaknaan fiksi atau menghubungkan imajinasi dengan pengalaman mereka sedemikian rupa.

Ketika pengalaman masyarakat terhubung dengan fiksi kolektif mereka, entah fiksi tentang etnisitas, ras, atau lain-lainnya, itu akan mempersatukan mereka. Ini juga menerangkan alasan kenapa manusia mendominasi bumi, karena karena tadi, kemampuan manusia menciptakan fiksi.

Kendati identitas dasarnya hanya fiksi, ini dianggap punyak efek negatif terhadap kestabilan politik. Ini karena kita tidak punya pengertian yang benar tentang politik identitas. Politik identitas seharusnya dimengerti sebagai upaya pengorganisasian identitas. 

Tentu ketika kelompok masyarakat tertentu mengangap punya identitas yang unik, mereka yang ber-identitas lain akan dianggap berbeda. Tetapi ini tidak berbahaya sama sekali. Sebagai contoh ketika orang-orang dari suku Modole, menungkapkan identitas kesukuan mereka, ini tidak menimbulkan masalah bagi suku-suku yang lain. Bukankah suku-suku yang lain juga punya identitas kesukuannya yang memang berbeda?

Politik identitas menjadi berbahaya, ketika politik identitas itu didikte ataupun dimanfaatkan oleh kekuasaan. Karena ketika dimanfaatkan oleh kekuasaan atau punya kepentingan pada kekuasaan, politik identitas akan berubah menjadi identitas politik (Identitas politik artinya kontruksi yang akan menentukan posisi kepentingan dalam suatu komunitas/masyarakat [Castells, 2010).

Perjuangan politik untuk mendapatkan keadilan berubah menjadi memperjuangkan demi untuk mendapatkan kekuasaan.

Karena itu, yang perlu kita antisipasi adalah identitas politik, karena ini berdampak pada 'kestabilan' politik kita. Tetapi politik identitas jangan kita nafikan, seolah-olah berbahaya padahal ini bisa menjadi metode memperjuangkan keadilan. Sama seperti yang dilakukan oleh orang kulit hitam di Amerika. Politik identitas dijadikan resistance identity atau identitas perlawanan (Castells, 2010). ("").

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Copyright © 2021 KritikPost.id | Powered By PT. CORONGTIMUR MEDIA GRUP - All Right Reserved.