Refleksi Sumpah Pemuda : Sumpah Menjadi Sampah?

Editor: KritikPost.id

 


Oleh : Abraham S. Siruang 

(Mahasiswa Teologi, Uniera)

Tepat pada hari ini, 28 oktober 2022 kita sebagai bangsa Indonesia memperingati hari sumpah Pemuda. Sumpah pemuda yang dicetus pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam Kongres ke-II, Perhimpunan Pemuda Pelajar Indonesia (PPPI) yang dicetuskan oleh para tokoh-tokoh bangsa, seperti; Muhammad Yamin, W. R. Supratman, Johanes Leimena, dan masih banyak lainnya. 

Tokoh-tokoh bangsa diatas yang membakar semangat rakyat untuk memperjuangkan Kemerdekaan. Sumpah pemuda yang diikuti oleh para pelajar se-Indonesia dari sabang-merauke itu, bertempat di Batavia (kini bernama JAKARTA). Pada kongres itulah, gagasan tentang kemerdekaan Indonesia dicetuskan.

Jika kita melihat kembali sejarah Sumpah Pemuda, tentunya kondisi sosial pada saat itu sangatlah memprihatinkan. Karena pada saat itu bangsa Negara Indonesia masih dijajah oleh bangsa Belanda dan belum Merdeka. 

Karena itu, tujuan utama dari Sumpah Pemuda adalah kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini tentunya para Pelajar se-Indonesia pada saat itu, memiliki tekad dan keberanian yang sangat tinggi untuk memperjuangkan kemerdekaan ini. 

Dalam ikrar Sumpah Pemuda yang ditulis oleh M. Yamin, tertitik pada kehidupan satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air,. Hal ini karena Indonesia merupakan negara yang beragam. Maka sumpah yang diikrarkan menjadi suatu harapan besar untuk melawan para Penjajah, dengan cara menyatukan Indonesia dari berbagai suku sebagai tonggak pergerakan kemerdekaan. 

Perjuangan para pemuda yang dulu dan sekarang sangatlah berbeda, pasalnya dahulu para pemuda memiliki cita-cita untuk memerdekakan Indonesia dan hal tersebut telah terwujud. Lantas sekarang apa yang harus dicita-citakan?

Bung karno pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” tergenap sudah apa yang harus diperjuangkan sekarang ini!.

Sangat disayangkan ketika kita membandingkan para pemuda yang dulu dan sekarang. Sebab dahulu yang masih hidup di segala keterbatasan, pendidikan pun yang diperoleh terbatas, peralatan untuk dipakai dalam melawan para penjajah pun terbatas, tapi dengan keterbatasan mereka mampu melawan para penjajah, sekarang dengan mudahnya segala sesuatu di akses, pendidikan yang tinggi, alat-alat pun terpenuhi, lalu! Apa yang kita lakukan sekarang ini? Haruskah Sumpah Pemuda itu menjadi Sampah pemuda? 

Pemuda yang dijuliki sebagai tulang punggung Bangsa, sebagai tongkat estafet, dan juga sebagai harapan bagi bangsa, kini sudah tidak lagi diharapkan. Hal ini tentunya, dikaitkan dengan maraknya kenakalan atau perbuatan kejahatan yang terjadi di Indonesia. 

Para Pemuda yang sering melakukan aksi perpecahan dengan membawa berbagai unsur, Agama, suku, ras, budaya. Ditambah lagi dengan membawa emosional dari masing-masing kelompok dan sudah tidak lagi kepada Goal (kepentingan umum). 

Melihat realita sekarang ini, Pemuda sudah tidak lagi mencintai Negeri ini, sikap yang ditunjukan sudah tidak lagi bermoral. Sikap yang dimiliki pun sikap ikut-ikutan atau ikut arus. Teman saya pernah mengatakan bahwa yang ikut arus itu hanyalah Sampah dan ikan mati. Maukah kita disebut seperti itu?

Jika negeri ini tidak dibenahi, kita akan buktikan dengan waktu, bahwa akan ada sesuatu yang terjadi kepada kita. Karena itu untuk membawa perubahan, Mulailah dari diri sendiri. Karena bagiku, Aku memilih apa yang aku lakukan sekarang ini untuk memperjuangkan yang akan datang. ("").

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Copyright © 2021 KritikPost.id | Powered By PT. CORONGTIMUR MEDIA GRUP - All Right Reserved.