KONFERCAB GAMKI V HALUT SEMOGA JADI ARAH BARU GERAKAN AKOMODATIF DAN TRANSFORMATIF

Editor: KritikPost

Oleh Melky Molle.

Dalam konteks kebangsaan dan keumatan saat ini, peran pemuda gereja semakin strategis dalam menjawab tantangan zaman yang kompleks. Di tengah arus globalisasi, modernisasi, dan disrupsi sosial-budaya, Gereja tidak hanya dipanggil untuk melayani aspek spiritual umat, tetapi juga untuk hadir secara aktif dalam pembangunan sosial kemasyarakatan. GMKI, GAMKI, dan Pemuda GMIH sebagai representasi pemuda gereja di Halmahera Utara memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk menggagas masa depan bangsa yang lebih bermartabat dan sejahtera.

Menghadapai dinamika Organisasi dan Tantangan Zaman, Ketiga organisasi ini lahir dari semangat zaman untuk menjawab kebutuhan akan kader-kader kristiani yang berintegritas, kritis, dan mampu menjadi garam serta terang di tengah masyarakat. Namun demikian, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan: pragmatisme politik, dekadensi moral, serta kurangnya kesadaran kritis atas peran strategis pemuda dalam gereja dan bangsa. Oleh karena itu, momentum Konfercab GAMKI Halmahera Utara menjadi titik penting untuk melakukan evaluasi, refleksi, serta perumusan arah baru perjuangan.

Karena itu, gagasan visioner sebagai Jalan Transformasi Pemuda gereja hari ini dituntut untuk menjadi kader yang visioner—memiliki pandangan jauh ke depan, namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai Kristiani dan kebangsaan. Gagasan visioner bukan sekadar retorika, tetapi diwujudkan dalam langkah konkret: pendidikan politik yang sehat, keterlibatan dalam pemberdayaan masyarakat, dan penguatan identitas ke-Indonesiaan yang inklusif dan toleran. Gereja harus menjadi ruang kaderisasi yang aktif dan terbuka terhadap perubahan, tanpa kehilangan jati dirinya.
Dengan demikian maka, kolaborasi sebagai Kekuatan Bersama GMKI, GAMKI, dan Pemuda Gereja harus memandang diri bukan sebagai entitas yang berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari tubuh Kristus yang saling melengkapi. Kolaborasi antarlembaga kepemudaan ini adalah kunci untuk menciptakan sinergi dalam pelayanan dan pemberdayaan. Dalam semangat oikumenis dan nasionalisme yang sehat, ketiganya dapat menjadi motor penggerak perubahan sosial di Halmahera Utara dan sekitarnya, melalui program-program konkrit berbasis komunitas dan keadilan sosial.

 Sebab itu mari jadikan Konfercab (Konfrensi cabang) GAMKI Halut, sebagai Ruang Perubahan. Konfercab GAMKI bukan hanya ajang pergantian kepemimpinan, tetapi momentum strategis untuk menghidupkan kembali roh pelayanan dan semangat transformasi sosial. Diperlukan komitmen dari seluruh kader untuk menempatkan kepentingan bersama di atas ego sektoral. Visi dan misi organisasi harus diarahkan pada pemenuhan panggilan kenabian: seperti  menyuarakan kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan menjadi pelopor kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah Halmahera Utara.

Menyongsong Kepemimpinan GAMKI yang Strategis Tiga tahun ke depan akan menjadi masa yang sangat menentukan bagi arah perjuangan GAMKI di Halmahera Utara. Dalam situasi sosial yang penuh tantangan—kemiskinan, ketimpangan sosial, serta krisis kepemimpinan moral—GAMKI harus tampil dengan kepemimpinan yang strategis dan berpihak pada rakyat kecil. Kepemimpinan bukan sekadar soal posisi, tetapi misi; bukan sekadar tentang struktur, tetapi tentang nilai dan tindakan nyata.

2. GAMKI harus Meneladani Kristus: Dari Kata ke Aksi, Yesus tidak hanya mengajarkan kasih, Ia menunjukkan kasih itu secara konkret: menyembuhkan yang sakit, menyentuh yang terpinggirkan, dan memperjuangkan keadilan bagi yang tertindas. Itulah model kepemimpinan yang harus dihidupi oleh GAMKI—bukan hanya berbicara tentang perubahan, tetapi menjadi agen perubahan itu sendiri. Karena itu, Program kerja organisasi harus menyentuh kebutuhan riil masyarakat: akses pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan pendampingan terhadap kaum muda serta kelompok rentan.

Sebab GAMKI tidak dapat dibangun oleh satu figur semata. Kepemimpinan kolektif adalah keniscayaan agar suara dan aspirasi seluruh kader dapat terakomodasi. Kepemimpinan yang transformatif bukan hanya mengelola rutinitas, tetapi memimpin perubahan—berani memutuskan rantai ketergantungan, membuka ruang kaderisasi yang meritokratis, dan memperluas jejaring pelayanan lintas sektor demi pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera. 

GAMKI harus berdiri teguh sebagai organisasi yang independen dan tidak menjadi alat kekuasaan siapapun. Independensi ini adalah syarat utama untuk bersikap profetis: menyuarakan kebenaran di tengah kemapanan, dan berani menegur ketidakadilan, baik yang terjadi dalam ruang publik maupun di internal gereja dan organisasi. Kepemimpinan profetis akan menjadi terang dan garam ketika ia menghidupi integritas dan keberpihakan kepada yang lemah.

Semoga Konfercab ke V GAMKI adalah Arah Baru Menuju Tindakan Nyata yang lebih akomodatif  insaig. Kini saatnya kepemimpinan GAMKI diarahkan bukan hanya untuk mengelola organisasi, tetapi untuk memperluas dampaknya di tengah masyarakat. Tidak cukup hanya membuat program dan pernyataan sikap, tetapi hadir langsung di tengah penderitaan rakyat. Inilah panggilan utama pemuda gereja: menjadi tangan kasih Kristus bagi dunia. Kepemimpinan tiga tahun ke depan harus menumbuhkan gerakan yang melayani, membebaskan, dan memulihkan—bagi gereja, bangsa, dan kemanusiaan. OEL. Shalom !!!

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Copyright © 2021 KritikPost.id | Powered By PT. CORONGTIMUR MEDIA GRUP - All Right Reserved.