AMAN Haltim Salurkan Bantuan Korban Banjir, Halmahera dijajah?

Editor: KritikPost.id
Foto : Penyerahan bantuan oleh Ketua PHD AMAN Haltim kepada korban bencana banjir.

KRITIKPOST.ID, HALTIM — Kondisi alam di Provinsi Maluku Utara akhir-akhir ini mendapat sorotan dari berbagai pihak di Seluruh Indonesia sebagai akibat dari timbulnya bencana di Wilayah pertambangan seperti di Kabupaten Halmahera Timur dan Halmahera Tengah.

Eksploitasi hutan berkedok investasi secara besar-besaran tanpa memikirkan keberlangsungan hidup masyarakat lokal pun dinilai seperti penjajahan atas wilayah masyarakat lokal setempat.

Pengurus Harian Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kabupaten Halmahera Timur (PHD AMAN Haltim) menyalurkan bantuan terhadap warga terdampak bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu di Desa Baburino, Kecamatan Maba, Haltim, Minggu (21/7/2024).

Bantuan diberikan berupa sembilan bahan pokok. Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis kepada Pemerintah Desa Baburino oleh PD Aman Haltim. Sekitar 50 kepala keluarga menjadi penerima bantuan sosial yang disalurkan sebagai sikap tanggap bencana dari AMAN pada hari Senin, (29/7) kemarin.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nasional (DAMANAS) Region Maluku Utara, DAMANWIL Malut, PD AMAN Haltim, dan Pemerintah Desa Baburino dan pihak Perwakilan Polres Haltim yang ikut memantau jalannya kegiatan tersebut.

Ketua PHD AMAN Haltim Defris Dubulie, mengatakan tujuan pengurus PD AMAN Hal-Tim mendatangi komunitas masyarakat adat yang ada di desa Baburino, komunitas adat Maba-Buli merupakan sikap tanggap bencana dari AMAN terkait dengan bencana alam yang dialami oleh masyarakat.

"Tujuan pertama kami datang ke desa Baburino adalah untuk berbagi kasih dengan masyarakat adat lewat penyaluran sembako," Kata Defris kepada wartawan, Senin (29/7).

Ia berharap bantuan yang diberikan dapat meringankan beban komunitas masyarakat adat pasca terdampak banjir. Selain itu, kata Defris, tujuan dari PD AMAN Hal-Tim hadir di desa Baburino bukan hanya untuk memberi bantuan tetapi sekaligus melakukan konsolidasi komunitas-komunitas masyarakat adat yang ada di Kabupaten Haltim untuk bisa mempertahankan wilayah hutan yang masih tersisa.

"Kami bukan hanya sekedar berbagi kasih sebab hal itu hanya bagian kecil dari dampak yang dialami sehingga saat ini kami juga melakukan konsolidasi komunitas-komunitas adat yang ada di Haltim supaya kita dapat mempertahankan Wilayah hutan yang masih tersisa", ajak Defris.

Ditempat yang sama, Radjus Sabuanga, Kepala Desa Baburino sangat berterima kasih kepada Pengurus Besar AMAN yang telah menyalurkan bantuan kepada warganya yang menjadi korban banjir.

“Selaku Kepala Desa, saya sangat berterima kasih kepada teman-teman AMAN yang telah memberikan bantuan kepada warga saya” kata Radjus.

Radjus juga menjelaskan kurang lebih 85 kepala keluarga (KK) menjadi korban yang terdampak banjir. Menurutnya banjir yang terjadi ini bukanlah yang pertama kali.

“Memang sebelumnya ada banjir yang terjadi tapi tidak terlalu besar seperti yang kemarin. Ketika sudah dipasang talud dan saluran air di perbaiki, banjir sudah bisa teratasi tetapi karena aktivitas pertambangan nikel dari PT. STS yang beroperasi di belakang desa Baburino, ibarat kata aktivitas tambang diatas atap rumah warga. Sehingga ketika talud penahan air jebol maka banjir langsung merendam rumah warga” tambahnya.

“Jadi luapan itu bukan karena luapan air dari kali tetapi dari areal belakang kampung. Untuk itu kami berharap ada upaya dari pihak pemilik perusahaan agar melihat masyarakat yang hidup dibawah gunung ini, karena yang dibawah ini ada manusia” pungkas Radjus.

Foto : Penyerahan bantuan bagi korban bencana banjir oleh PHD AMAN Haltim.

Menanggapi peristiwa yang terjadi, Afrida Ernangato selaku anggota Dewan AMAN Nasional, Region Maluku-Maluku Utara menilai kondisi Malut hari ini dalam kategori darurat bencana karena aktivitas pertambangan yang beroperasi.

"Kalau ada kata lebih diatas dari kata darurat atau emergency maka itu lebih tepat menggambarkan kondisi Malut saat ini” kata Afrida.

Ia menegaskan kepada pemerintah, jangan sampai orang Halmahera akan bangkit seperti warga Papua. saat ini orang Halmahera masih diam, tapi jangan kira diam lalu seenaknya di injak-injak.

Wilayah, lanjut Afrida, Halmahera Tengah di eksploitasi Halmahera Timur di eksploitasi sehingga dampaknya sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Maluku Utara.

"Seluruh elemen masyarakat harus sadar, bahwa kita sedang dijajah. Ini bentuk penjajahan di zaman modern,” kata Afrida. 

Perempuan pembelah HAM, yang juga Ketua Dewan AMAN Wilyah Maluku Utara, Novenia Ambeua menjelaskan kalau dampak yang signifikan justru dialami oleh kaum perempuan.

"Dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan oleh para laki-laki sedangkan ketika terjadi peristiwa banjir seperti ini, kaum perempuan hanya menjadi korban," Kata Novenia.

Para perempuan, lanjut Novenia, adalah yang paling kesulitan untuk bagaimana memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, salah satunya dari hasil pertanian yang kemarin terendam oleh banjir.

Diketahui sebelumnya kurang lebih 85 kepala keluarga (KK) kawasan pemukiman warga di Desa Baburino harus terendam banjir pada Minggu (21/7) lalu.

Penyebab banjir merupakan dari luapan sungai yang berada dekat dari Desa Baburino. Selain itu, diduga banjir terjadi akibat dari aktivitas pertambangan nikel yang berada tak jauh dari desa tersebut. Selain Baburino, juga terdapat Desa lain yang terkena dampak banjir yaitu Desa Pekaulan, Wayamli, dan Yawanli. (Red).

Share:
Komentar

Berita Terkini

 
Copyright © 2021 KritikPost.id | Powered By PT. CORONGTIMUR MEDIA GRUP - All Right Reserved.