![]() |
Foto : Gambar Ilustrasi Tulisan |
Dilahirkan karena cinta dan kesetiaan, manusia dan cinta, sebagai mandat moral dan ketaatan. Dari dulu, bahwa alam dan manusia, dilahirkan oleh kuasa otoritas yang tak dapat dinalar jangkauan batas pikiran manusia.
Diberikan kebebasan dari kuasa otoritas yang tidak berkesudahan. Kami dibesarkan oleh mitos-mitos leluhur, dibesarkan oleh gelombang laut, angin dan tanah, makan, belajar, dan bekerja, semuanya berasal pada alasan yang sama. Sama karena lupa mitos leluhur.
Berkontemplasi dengan ilah-ilah dari batu, air dan pohon. Hidup memang berasal dari mitos-mitos, percaya mitos itu asik bahasa lisan digenerasikan sebagai kebenaran, kebenaran tanpa konflik, tanpa kekerasan epistemik, tanpa kekerasan ideologi, tercantum dalam lisan tertutur dalam bahasa ibu kesederhanaan. Itulah ide manusia Halmahera.
Hari-hari selalu diisi oleh alunan burung perkici, percikan air sungai, hembusan angin oleh gesekan pepohonan yang rimbun. Air menuju alur rendah, bukan buatan spekulasi hegemoni kapital, sistematis dan masif , buas menghisap kesadaran manusia Halmahera. Eksplotasi alam, Rasisme, pemaksaan kehendak, pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, klaim ideologi, dan hoax. Kita punya luas laut, luas darat lebih berarti, kita hanya menanti mati.
Dahulu kita ramah terhadap satu sama lain, sebagai sesama manusia halmahera. Dahulu kita ramah alam, lembut bersosial dengan sesama, baik dihutan maupun di kampung-kampung yang kita diami. Sama-sama merasa, rasa bersama, akrab menyeimbangkan kehidupan, akrab memegang tradisi lisan, titipan leluhur. hidup bersama adalah keniscayaan. Tanah sejengkal itu berarti, tanah sumber hidup.
Tanah itu kehidupan, tanah sejengkal dapat memberi kehidupan, tapi untuk segelintir orang, tanah berhektar-hektar hanya dijadikan lapangan golf. Tanah punya emas, emas hilang, tanah jadi kurus, air jadi kering, laut kurang ikan, udara tanpa angin.
Ini mitos. Ini Halmahera, tanah emas, tanah orang-orang kalah. ("").