Oleh : Pdt. Imelda Kahiking, M.Th
(Dekan Fakultas Teologi Uniera)
“Tuhan Ajaib”, itulah Tema dalam menyukuri perjalanan panjang pendidikan teologi mulai dari Akademik Theologi di Ternate, kemudian berpindah ke Tobelo dan berubah nama menjadi STT hingga berkembang menjadi Fakultas Teologi Universitas Halmahera.
Dalam usia ke 55 Tahun, Fakultas Teologi memiliki sejumlah kenangan, juga perjuangan panjang dalam meletakkan dasar pendidikan teologi untuk menjawab dan memberi solusi atas semua kebutuhan dan persoalan bergereja dan bernegara . Dasar itu dimulai dari para pemimpin gereja masehi injili di Halmahera melalui sidang sinode ke 13, tahun 1967 di Tobelo.
Hasil Keputusan mendirikan Akademik Theologi di Ternate, disambut sangat baik oleh seluruh warga jemaat dan pemerintah (Kota Ternate waktu itu masih kabupaten) melalui SK pendirian yang diterbitkan pada tanggal 1 September 1967, oleh BPS (Badan Pekerja Sinode).
Baru Pada tanggal 28 Januari 1968 diresmikan berdirinya Akademik Theologi GMIH sekaligus pembukaan perkuliahan di salah satu tempat ibadah di Ternate bernama Ebenhaezer GMIH dengan jumlah mahasiswa 24 orang pada Angkatan pertama dibawah rektor, Pdt. S. Kutjame.
Tempat ibadah itu juga merupakan ruang kelas walaupun berdinding seng. Ruang kelas itu juga dijuluki oleh para mahasiswa dan dosen sebagai ruang kelas oven (mungkin saking panasnya sehingga dijuluki sama dengan oven).
Namun lambat laun banyak bantuan diberikan mulai dari pemerintah, gereja-gereja tetangga seperti Gejera Protestan Maluku (GPM), Gereja masehi injili di minahasa (GMIM) dan juga melalui gereja-gereja mitra luar negeri seperti NHK-Belanda, EMS-Jerman, PCI-Irlandia).
Bantuan mereka melalui SDM dan dana sangat menolong kebutuhan-kebutan Akademik Theologi di Ternate. Beberapa Tahun kemudian tepat pada tahun 1984, status akademik Theologi ditingkatkan menjadi sekolah tinggi Theologi GMIH, tentu dengan semua ketentuan yang berlaku pada sebuah lembaga pendidikan.
Capaian demi capaian telah berhasil dibuktikan oleh GMIH, namun satu hal lagi yang masih menjadi pergumulan bersama waktu itu, yaitu lokasi kampus yang lahannya terbatas, karena itu GMIH terus menggumuli hingga pada sidang sinode Tahun 1987 di Tobelo, diputuskan untuk membangun kampus di Tobelo, dengan alasan-alasan yang sangat mendasar.
Salah satu alasan mendasar, membangun kampus di Tobelo karena tanahnya milik GMIH. Banyak bantuan yang diberikan dalam pembangunan kampus STT di Tobelo, mulai dari ruang kuliah, rumah dinas dosen hingga wisma (sekarang kantor pusat rektorat UNIERA) serta dukungan dana untuk kebutuhan operasional kampus telah dibantu oleh gereja-gereja mitra dan juga warga GMIH.
Beberapa tantangan telah dilewati, muncul tantangan baru yang lebih besar yaitu peristiwa tahun 1999 hingga tahun 2000-an.
Peristiwa ini menjadi pukulan berat GMIH dan STT sepanjang sejarah, karena kegiatan perkulihan terhenti, seluruh mahasiswa dan dosen harus menyelamatkan diri. Juga beberapa mahasiswa diutus oleh kampus untuk menyelesaikan pendidikan di kampus lain, termasuk yang sudah tahap proposal. Itu sepenggal kisah tahun 1999- 2000-an. Namun itu juga berhasil dilalui oleh GMIH dan STT.
Lalu sekitar tahun 2002, pihak Gereja, mulai mewacanakan bahwa GMIH harus memiliki sebuah Universitas. Ini ide yang sangat cemerlang dan bijak menurut saya, namun juga menjadi tantangan terbesar karena harus memenuhi semua persyaratan dan juga kebutuhan operasional dengan jumlah yang besar.
Bahkan sebagain warga gereja meragukan ide dan harapan ini. Namun keraguan itu dipatahkan oleh doa, kerjasama, kerja keras dan semangat dari warga jemaat GMIH. Dan akhirnya diberi kepercayaan kepada beberapa orang termasuk Pdt. Julianus Mojau sebagai ketua panitia, tepat pada tahun 2005. Tim mulai bekerja keras, dan didukung oleh semangat dan topangan dana dari warga jemaat untuk pendirian Universita.
Doa, Kerja keras, kerjasama dan semangat membuahkan hasil yang memberi kegembiraan, tepat pada tanggal 22 September 2008, terbit SK Menteri pendidikan dan kebudayaan menguluarkan izin pendirian Univeristas, sehingga STT GMIH Tobelo berubah menjadi Fakultas Teologi.
Perjuangan panjang telah berhasil dilewati secara bertahap dengan penuh harap. Harapan dan semangat itu menghasilkan buah yang manis bagi GMIH dan terlebih bagi Fakultas Teologi. Ada sejumlah keberhasilan yang dicapai, yaitu seluruh prodi telah terakreditasi Sangat Baik oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT).
Jumlah mahasiswa terus bertambah, jumlah alumni yang hebat-hebat tersebar di seluruh Indonesia dengan keahlian dan ketrampilan masih-masing untuk membangun dan melayani dengan tulus di gereja dan masyarakat, jumlah kwalitas SDM terus ditingkatkan, Sarana dan prasarana terus ditambah (setidaknya tidak lagi diruang kelas oven seperti julukan awal mahasiswa dan dosen), perangkat pembelajaran disesuaikan dengan standar pendidikan dan masih banyak lagi ketercapaian-ketercapaian Fakultas Teologi Univeristas Halmahera.
Karena itu di usia ke-55 Tahun ini kita merefleksikan kebaikan Tuhan dengan mengatakan “Tuhan Ajaib” dalam perjalanan panjang pendidikan Teologi. Tuhan ajaib menolong dan memberi hikmat para pemikir dan pendiri Fakultas Teologi (dulu akademik berubah STT) melalui Gereja Masehi Injili di Halmahera dengan berbagai tantangan-tantangan sesuai zamannya.
Harapan yang sama bagi penerus estafet ini, bahwa kamipun akan melanjutkan semangat dan harapan yang sama terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan yang semakin kompleks di dunia industri 4.0 menjelang 5.0. Harapannya di usia Fakultas Teologi ke 55 tahun ini, kiranya semua alumni yang lahir dari Rahim “rumah ungu” yang sama, membangun dan berkontribusi bagi rumah ungu tempat kita dibekali serta berkontirbusi bagi gereja dan bangsa ini. Tuhan Ajaib. (“”).